Pernah gak sih kamu ngelakuin kesalahan sampai kamu
kepikiran terus bahkan sampai gak bisa memaafkan dirimu sendiri karena sudah
melakukannya? Kalau kamu pernah mengalami hal semacam ini mungkin kamu orang
yang perfeksionis karena salah satu ciri orang yang perfeksionis biasanya tidak
mengizinkan dirinya sendiri untuk melakukan kesalahan.
Bagi saya sifat perfeksionis ini cukup mengganggu karena dulu
saya juga pernah mengalaminya. Saya tidak bisa menerima ketika saya melakukan
kesalahan. Jadi dibanding menerima kesalahan yang sudah terjadi saya justru
memikirkan kemungkinan hal yang bisa mencegah saya melakukan kesalahan. Bukan
hanya itu, saya juga ingin segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana tanpa
peduli bahwa kadang ada hal-hal yang tidak sepenuhnya bisa kita kontrol yang
bisa membuat rencana kita justru gagal.
Kalau kamu juga memiliki sifat perfeksionis yang perlu kamu
ketahui sifat perfeksionis bisa memberikan dampak negatif namun bisa juga
memberi dampak positif bagi diri sendiri, tergantung sifat perfeksionis mana
yang kamu miliki. Menurut salah satu Professor Psikologi bernama Don Hamacheck sifat perfeksionis terbagi menjadi 2 jenis yaitu
perfeksionis adaptif dan perfeksionis maladaptif.
Perfeksionis Adaptif
Perfeksionis adaptif adalah jenis perferksionis yang sehat
atau memiliki dampak positif. Orang yang memiliki sifat ini mempunyai standar
yang tinggi terhadap diri sendiri ataupun orang lain namun tetap bisa menerima
kesalahan yang mereka lakukan. Jadi mereka yang termasuk perfeksionis adaptif meskipun
mendambakan kesempurnaan mereka tetap sanggup menerima kegagalan dan mereka
juga tidak mengkritik diri sendiri secara berlebihan ketika melakukan
kesalahan.
Perfeksionis
Maladaptif
Perfeksionis maladaptif adalah jenis perfeksionis yang tidak
sehat atau lebih banyak memberikan dampak negatif. Orang yang memiliki jenis
perfeksionis yang satu ini terlalu terobsesi dengan kesempurnaan sehingga
mereka tidak bisa menerima kegagalan atau kesalahan yang sudah terlanjur dilakukan.
Selain itu orang dengan perfeksionis adaptif biasanya cenderung merasa kurang
percaya diri dan meragukan usaha yang mereka lakukan apakah sudah baik atau
belum, inilah yang membuat mereka lebih rentan terhadap perasaan stres.
Lalu bagaimana cara menghilangkan sifat perfeksionis yang
negatif?
Seperti halnya kebiasaan, untuk menghilangkan sifat yang
sudah lama ada pada diri kita tentunya tidak mudah dan butuh waktu. Kamu bisa
pelan-pelan menerima bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang wajar begitupun
dengan kegagalan.
Sifat perfeksionis ini seringkali membuatmu merasa bahwa
kamu tidak cukup baik dalam melakukan suatu hal sehingga ketika dihadapkan
dengan kegagalan kamu akan lebih mudah merasa kecewa. Agar kamu tidak merasa
terlalu kecewa saat mengalami kegagalan cobalah untuk menghargai setiap usaha
yang sudah kamu lakukan. Ingat untuk berkembang kamu tidak hanya butuh kritikan
tapi juga butuh menghargai dirimu sendiri. Satu lagi yang perlu kamu ingat bahwa ada
hal-hal atau situasi yang tidak bisa kamu kontrol sepenuhnya dan kamu harus
bisa menerima itu.
Sifat perfeksionis bisa membuat kita menjadi lebih baik
namun juga bisa menghambat produktivitas
atau justru membuat diri kita tidak berkembang.
Nah, kalau kamu termasuk perfeksionis yang mana?
Semoga dengan mengetahui sifat perfeksionis yang kamu miliki
kamu menjadi lebih mengenali dirimu sendiri dan menyadari mana yang positif
yang bisa membantumu mengembangkan potensi yang ada pada dirimu dan juga bisa
memperbaiki hal-hal negatif yang memberikan dampak buruk pada kehidupanmu, sehingga kamu bisa lebih percaya diri dalam
setiap usahamu untuk mencapai keberhasilan.