Diabad 21 ini
nampaknya sosial media menjadi salah satu sarana yang dibutuhkan oleh sebagian
besar manusia di muka bumi. Sebagai salah satu pengguna sosial media saya turut
merasakan hal itu. Kadang komunikasi menjadi lebih lancar menggunakan sosial
media, bahkan saya merasa adakalanya jika memutuskan off sebentar justru ada
beberapa informasi yang terlewat. Selain itu sosial media juga menjadi media
hiburan dan bahkan untuk sebagian orang sosial media menjadi tempat berjualan.
Yap, online shop.
Belakangan
sebagai salah satu pengguna aktif sosial media, saya justru mendapatkan fakta
bahwa sosial media tidak hanya mejadi hiburan tapi justru menyebabkan
penggunanya menjadi stres dan depresi. Saya turut merasakan hal ini. Tahun 2017
saya masih aktif menggunakan sosial media, khususnya Instagram. Hampir setiap
minggu saya mengunggah foto ke akun pribadi dan jika tidak ada foto baru maka
saya mulai khawatir dan mengatur rencana untuk hunting foto baru. Bahkan
benar-benar diusakan harus mempunyai foto baru untuk diunggah ke sosial media.
Saat itu belum
ada dampak serius yang saya rasakan. Setiap kali mengunggah foto saya akan
menunggu berapa banyak like dari followers dan jika tidak sesuai harapan
maka saya akan merasa kecewa. Kemudian suatu hari saya merasa bahwa menunggu
like dipostingan adalah hal yang tidak wajar, akhirnya saya mulai mencari
artikel tentang pengunaan sosial media dan hasilnya banyak sekali
ditulisan-tulisan tersebut mengatakan bahwa sosial media berdampak buruk untuk
kesehatan mental. Adalagi artikel yang mengatakan bahwa kita tidak perlu
membagikan kepada publik segala sesuatu yang kita lakukan, ada hal-hal pribadi
yang tidak perlu dikonsumsi publik. Sudah seharusnya kita menjaga privasi kita
sendiri.
Setelah itu
saya sadar bahwa pengaruh yang saya dapatkan dari sosial media kali ini lebih
banyak pengaruh buruk khususnya untuk kesehatan mental. Saya memutuskan
mengurangi mengunggah foto ke akun pribadi, kemudian pertengahan tahun 2018
sampai saat ini saya memutuskan untuk berhenti mengungah foto. feeds instagram
sosial media yang paling sering saya gunakan saat ini bahkan mengalami
perubahan, bukan karena foto yang bertambahah justru sebaliknya puluhan
postingan saya hapus sedikit demi sedikit dan yang tersisa hanya tiga postingan.
Kedepan saya berencana menghapus semua foto pribadi dan menggatinya mungkin
dengan karya lain, tapi saya belum punya ide untuk itu.
Berapa bulan
yang lalu saya menemukan satu cerita di watpadd yang berjudul Katanya, ini Dongeng Soal Cinta, dimana salah
satu tokoh didalam cerita itu mengatakan bahwa orang-orang saat ini mencari
pengakuan lewat benda mati semacam foto dan pengakuan itu didapatkan dari
berapa banyak like dan comment. Penulis juga mengatakan bahwa tidak
ada jaminan bahwa orang yang memberi like
pada foto kita benar-benar menyukainya karena bisa saja mereka memeberi like dengan berharap kita juga akan
memberi like pada postingannya yang berarti orang-orang ini juga hanya mencari
pengakuan dari kita.
Jadi pelajaran
yang saya petik dari semua ini adalah berhenti mengharapkan apapun dari hal-hal
yang bahkan minim faedah seperti unggahan foto di dunia maya. Jangan
buang-buang waktu untuk hal-hal yang hanya akan berujung menjadi racun dan
tidak memberimu kebaikan sama sekali. Fokuslah pada kehidupan nyata dan realita
yang ada didepan mata.